Syahadat.id - Ibrahim bin Adham(W.161 H) atau dikenal dengan Abu Ishak al-Balkhi adalah tokoh tasawuf yang berasal dari Balkhi.
Ia menjadi seorang Ulama’ besar berkat ibunya yang selalu memintakan doa kepada banyak orang untuk dirinya supaya menjadi orang shaleh.
baca juga: Kisah Nabi yang Istrinya Durhaka
Ibnu al-Mulaqqin dalam Tabaqat al-Aulia menjelaskan bahwa Ibrahim adalah orang yang sangat kreatif, ia makan dengan hasil usaha sendiri.
Abu al-Lais as-Samarkandi dalam Tanbih al-Ghafilin mengkisahkan tentang kisah yang dialami Ibrahim bin Adham.
Kisah Ibrahim bin Adham
Suatu ketika ada seseorang yang hendak berbincang dengannya, namun ia tak berkenan karena ada empat hal yang menjadikan dirinya selalu risau.
lantas ia menjawab:
Masalah Pertama
Aku selalu berpikir tentang hari pengambilan janji oleh Allah kepada manusia. Allah menetapkan seseorang di Surga, seseorang di Neraka. Yang menjadi pertanyaan adalah aku termasuk golongan yang mana?”
Masalah Kedua
Aku berfikir tentang keputusan Allah kepada seorang janin di dalam kandungan ketika diberikan ruh,
Kemudian Malaikat yang bertugas bertanya kepada Allah:” Wahai Tuhanku, Anak ini kelak menjadi orang yang beruntung atau menjadi orang yang celaka?”
Baca juga:
Kisah Inspiratif dalam Al Qur’an: Ludesnya Harta Konglomerat
“Pada waktu itu, Aku tak mengetahui tentang apa jawabanku?”
Masalah Ketiga
Ketika Malaikat penjabut nyawa telah datang, lantas bertanya kepada Tuhannya:
”Apakah orang ini akan mati dalam keadaan muslim atau kafir?”
“Maka aku tak mengetahui jawabanku.”
Masalah Keempat
Ketika Aku merenung tentang Ayat yang berbunyi:
Ùˆَامْتَازُوا الْÙŠَÙˆْÙ…َ Ø£َÙŠُّÙ‡َا الْÙ…ُجْرِÙ…ُونَ (59)
Artinya: “Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir): Berpisahlah kamu (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, hai orang-orang yang berbuat jahat.”
Lantas ia bertanya kepada dirinya sendiri:”Aku termasuk golongan yang mana?”
Dari kisah diatas dapat diambil kesimpulan bahwa manusia tak mampu menjawab teka-teki dalam hidupnya terutama masalah akhir hayatnya.
Maka dari itu jangan mudah mengatakan kafir kepada seseorang, bisa jadi orang itu lebih baik daripada kita.
Oleh: Moh Afif Sholeh, M.Ag