Puteranya Meninggal, Ulama ini Masih Mementingkan Mengaji |
Syahadat.id - Ulama terdahulu terkenal keseriusannya dalam belajar maupun mengajar murid-muridnya sehingga karya mereka masih bisa dibaca oleh generasi berikutnya.
Kegigihan mereka patut diikuti dan dijadikan penyemangat kehidupan sehingga termotivasi dalam berkarya maupun pemberi manfaat untuk masyarakat sekitar.
Jika diukur secara matematik, karya ulama terdahulu tak sebanding dengan usianya. Umurnya pendek namun karya-karyanya banyak sekali.
baca juga:
Kisah Nabi yang Istrinya Durhaka
Bahkan bila ada orang yang terlahir ke dunia lantas hendak menulis karya-karya mereka niscaya umurnya habis sedangkan kitabnya masih banyak.
Puteranya Meninggal, Ulama ini Masih Mendahulukan Mengajar
Salah satu ulama yang menghabiskan umurnya untuk ilmu adalah Abu Yusuf Ya'kub bin Ibrahim Al Anshori, murid imam Hanafi yang pertama kali dijuluki Qadhi Al Qudhat (Penghulunya para penghulu). ia lahir pada tahun113 H. dan meninggal pada tahun 182 H.
Abu Yusuf sangat rajin menghadiri majelis ilmu yang diasuh gurunya bahkan sampai 17 tahun lamanya. Ada juga yang mengatakan selama 29 tahun.
Yang lebih mencengangkan, Abu Yusuf tak pernah tertinggal shalat subuh berjamaah bersama gurunya. Bahkan saat idul fitri dan Idul Adha kecuali dirinya sedang sakit.
Syeh Abdul Fattah Abu Ghuddah dalam kitab Qimatuz Zaman menceritakan bahwa Imam Abu Yusuf saat anaknya meninggal dunia lebih mementingkan mengaji kepada gurunya.
Ia lebih memasrahkan kepada saudara maupun tetangga untuk mengurusi jenazah puteranya.
Hal ini dilakukan karena ia khawatir ketinggalan banyak penjelasan gurunya yaitu Imam Abi Hanifah dalam berbagai hal.
Dari sini dapat dipahami bahwa ulama dahulu sangat serius dalam belajar sehingga menghantarkannya menjadi tokoh publik yang menjadi panutan ulama-ulama lain.
Oleh: Moh Afif Sholeh, M.Ag