Kriteri teman iblis: orang kaya yang sombong |
Syahadat.id - (Depok, 12 Oktober 2021). Acara khataman Al Qur'an dan kajian kitab Tanbihul Ghafilin merupakan Kegiatan rutin NU Ranting Tugu, Depok setiap senin malam.
Acara ini sudah berjalan dari rumah ke rumah maupun masjid dan mushola yang ada di kelurahan Tugu, Cimanggis.
Wahid riyadin, ketua NU Tugu, Moh Afif Sholeh pemteri, Joko Sarjono tuan rumah |
Wahid Riyadin, selaku ketua NU Ranting Tugu selalu menyuarakan kepada masyarakat tentang pentingnya belajar Al Qur'an dan mengkaji isinya supaya tercipta keharmonisan dan kerukunan sesama warga.
Hataman Al Qur'an dan Kajian kitab Tanbihul Ghafilin |
Makna Takabur
Dalam acara tersebut, Ust. Moh Afif Sholeh, M. Ag, lulusan magister Institut Perguruan Tinggi Ilmu Qur'an (PTIQ) menjelaskan tentang kriteria teman iblis (2) yaitu orang kaya yang takabur (sombong) akan harta yang ia miliki.
Ust. Moh Afif Sholeh Menyampaikan materi kriteri teman iblis |
Lebih jauh, ia mengupas tentang makna takabur yaitu merasa paling benar, menganggap paling baik dibanding orang lain bahkan tak mau menerima kebenaran.
Sifat takabur merupakan sifat yang khusus dimiliki oleh Tuhan. Semua makhluk tak pantas menyandang gelar tersebut dikarenakan ketidakberdayaan, kelemahan yang mereka miliki.
Hal ini berbeda dengan sifat Allah sebagai Tuhan semesta alam. Dia maha sempurna, Maha kaya serta tak membutuhkan bantuan orang lain sehingga diri-Nya yang layak memiliki sifat tersebut.
Harta kekayaan pada prinsipnya hanya titipan dari sang Maha Kuasa, Dia berhak mengambil kapan saja yang Ia kehendaki sehingga manusia tak boleh membanggakan bahkan menyombongkan diri apa yang ia miliki.
Tonton selengkapnya di sini
Kisah Qarun
Dalam Acara tersebut, Ust. Moh Afif Sholeh memberikan kisah tentang konglomerat yang hartanya hilang ditelan bumi yaitu Qarun.
Qarun merupakan sepupu dari Nabi Musa Alaihissalam. Bila ditelusuri nasabnya Qarun bin Yashur bin Qahis. Sedangan nasab Nabi Musa adalah Musa bin Imran bin Qahis.
Namun sayangnya, Qarun memiliki sifat iri hati atau dengki kepada Nabi Musa yang dijadikan seorang Nabi.
Berbagai cara ia lakukan untuk menjatuhkan harga diri Nabi Musa bahkan sampai berani membuat berita palsu.
Qarun menghalalkan segala cara demi tercapainya cita-citanya seperti membayar seorang perempuan untuk membuat kesaksian di depan umum bahwa dirinya telah dihamili oleh Nabi Musa.
Melihat kejadian ini, Nabi Musa berdoa kepada Allah supaya memberikan azab kepada Qarun yang telah melewati batas.
Baca juga:
Kisah Al Qur’an: Kehancuran Pembuat Berita Bohong
Akhirnya Allah menenggelamkan diri dan hartanya karena durhaka kepada kepada Nabi Musa.
Dari kisah ini dapat diambil hikmahnya yaitu sebanyak apapun harta yang kita miliki supaya digunakan sebaik-baiknya bukan untuk sombong-sombongan apalagi sampai melakukan kejahatan dengan menyakiti kekasih Allah.
Oleh: Moh Afif Sholeh, M.Ag