Syahadat.id - Ada salah satu penceramah yang selalu mengingatkan agar hati-hati dalam menyikapi “Politik” akhir-akhir ini.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa politik berarti pol-polan menggelitik atau sangat menggelitik.
Kenapa demikian, karena politik identik dengan otak-atik, serta menuntun agar manusia semakin cerdik, selalu menggunakan taktik yang cantik dan data statistik.
Hal ini akan menjadi sempurna bila didukung dengan kelengkapan logistik. Itu saja tak cukup, harus ada penunjang lain yaitu tokoh karismatik yang pintar dan bersimpatik serta menerima mampu menerima saran dan kritik.
Baca juga:
Sayangnya bila sudah terpilih menjadi seorang pejabat, ia seringkali lupa akan sahabat maupun kerabat.
Para kandidat dalam Pilkada, Pilpres seumpama mereka telah jadi maka akan lupa, lain halnya pil KB bila lupa dikonsumsi maka akan jadi. Kenapa demikian?
Alasannya adalah manusia seringkali kali lupa akan tujuannya, bahkan sering kali terlena dengan gemerlapan sesaat.
Tafsir Surat At-Takasur: 1-2
Di dalam Surat At-Takasur: 1-2 disebutkan,
Ø£َÙ„ْÙ‡َاكُÙ…ُ التَّÙƒَاثُرُ (1) ØَتَّÙ‰ زُرْتُÙ…ُ الْÙ…َÙ‚َابِرَ (2)
Artinya:
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam liang kubur.”
Penjelasan Tafsir Surat At-Takasur: 1-2
Imam at-Thabari dalam Tafsirnya menjelaskan bahwa manusia akan lalai, terlena untuk taat kepada Tuhan-Nya dengan merasa bangga akan banyak harta serta banyaknya pengikut atau pendukung, serta lupa akan hal yang menyelamatkanmu dari kemurkaan-Nya baik di dunia dan akhirat.
Sedangkan menurut Imam Al-Baidhawi menjelaskan bahwa kata “at-Takasur” berarti berbangga akan kuantitas atau banyaknya jumlah.
Baca juga:
Belajar Kehidupan dari Surat Al Lahab
Imam ar-Razi memaparkan bahwa berbangga dengan banyaknya harta, tahta, masa pendukung atau kerabat merupakan kebanggaan yang akan segera berlalu, tak abadi tatkala ajal telah menjemputnya.
Semua yang ia banggakan akan sirna dari dirinya berubah menjadi milik orang lain.
Hikmah yang dapat dipetik
Popularitas memang sebagai ujian manusia agar ia selalu sadar dan tak menggilas hak-hak orang lain, kerena segala sesuatu ada titi mangsanya.
Maka dari itu, dibutuhkan kehati-hatian dalam bersikap maupun bertindak agar tak menyesal selama-lamanya.
Oleh: Moh Afif Sholeh, M.Ag.