Begitu pula ilmu agama yang dimiliki seseorang tak menjadi jaminan dirinya menjadi orang baik sehingga timbul pertanyaan apakah ilmu agama bisa hilang dari diri seseorang?
Untuk menjawab pertanyaan ini perlu kiranya menggali terlebih dahulu tentang kisah orang terdahulu yang berkaitan lebih-lebih dari Al Qur'an.
Kisah Ulama yang Dicabut Ilmunya
Di dalam Al Qur’an termuat berbagai kisah yang menarik untuk dikaji dan dipelajari agar menjadi hikmah bagi manusia agar bijak dan tenang dalam mengarungi kehidupan di dunia ini.
Salah satunya adalah kisah Bal’am bin Ba’ura, ia adalah seorang Ulama bani Israil yang muridnya berjumlah ribuan orang, serta dikenal oleh khalayak masyarakat saat itu karena doanya yang selalu dikabulkan oleh Allah.
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ
Artinya:
Dan bacakanlah (wahai Muhammad) kepada mereka tentang berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.
Dan bacakanlah (wahai Muhammad) kepada mereka tentang berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.
Menurut Imam At Thabari bahwa ayat ini turun berkenaan dengan seorang lelaki dari bani Israil yang bernama Bal’am bin Ba’ura.
Baca juga:
Saat Rasulullah Diminta Memilih Susu atau Khamr
Ia berasal dari daerah kampung Balqa’, ia diberikan اسم الأعظم (doa khusus) untuk digunakan berdoa supaya selalu dikabulkan oleh Allah.Bal'am merupakan seorang pakar dalam bidang agama Sedangkan menurut Imam Ibnu Katsir, Ayat ini turun berkenaan dengan sikap Umayyah bin Salt yang pandai dan telah mempelajari ilmu-ilmu Syariat terdahulu, tetapi ia tidak mau mengamalkannya, sehingga ketika Nabi Muhammad diutus, ia malah menjadi musuh, dan selalu menghalangi dakwah Nabi.
Pendapat yang Masyhur menyatakan bahwa ayat ini berkenaan dengan seorang lelaki di zaman bani Israil yang bernama Bal’am bin Ba’ura, hal ini seperti pendapat Ibnu Mas’ud.
Kisah ini berawal dari keinginan Nabi Musa yang hendak menyerang kaum kan’an di Syam yang dholim, mereka mendatangi Bal’am bin Ba’ura untuk meminta doa kepadanya agar Nabi Musa mengurungkan niatnya agar tidak menyerang daerah itu.
Lantas, ia tidak serta merta menerima saran dari kaum itu, malah ia berkata kepada kaumnya:
Baca juga:
Nabi Musa Bertanya kepada Tuhan tentang Kedudukan yang Paling Mulia
Penyebab Bal'am Su'ul Khatimah
Dalam Tarikh Madinah Dimasyqi, ibnu Asyakir menceritakan bahwa Bal’am bin Ba’ura mempunyai istri yang cantik sekali, ia sangat mencintainya, dan selalu menuruti keinginannya.
Kaum kan’an tadi mendekati istrinya dengan membawa banyak hadiah, dengan tujuan agar suaminya mau mendoakan kaum Kan’an supaya tak diserang Nabi Musa.
Kemudian istrinya menerima itu, dan mencoba merayu Bal’am bin Ba’ura dengan memberikan argumen yang meyakinkan hatinya.
Akhirnya ia berdoa untuk Nabi Musa dan Kaumnya supaya tak memasuki daerah itu, malah tersesat di gurun Teh sampai bertahun-tahun.
Syeh Nawawi al bantani dalam Tafsirnya menjelaskan bahwa Nabi Musa bertanya kepada Tuhannya:
”Dosa apa yang telah kami lakukan, sampai kami tersesat di gurun ini”. keluh Nabi Musa
Allah menjawab:” semua ini atas doanya Bal’am bin Ba’ura yang ditujukan untukmu dan kaummu”.
Lalu Nabi Musa meminta kepada Allah agar mencabut اسم الأعظم yang selalu digunakan untuk berdoa.
Akhir Kisah
Akhirnya Allah mencabut makrifat dari dirinya, dan juga doanya tak dikabulkan lagi disebabkan dirinya terkecoh oleh para pengikut dan keluarganya, serta terbuai dengan gemerlapan dunia yang membawanya sengsara di dunia dan akhirat, dan terjerat bujuk rayu syetan sehingga ia menjadi orang yang tersesat dan dimurkai oleh Allah.Kesimpulannya yaitu ilmu seseorang baik agama bisa hilang dari diri seseorang disebabkan karena doa orang lain atau faktor dari dirinya sendiri terutama saat ilmu tersebut sudah tak diamalkan lagi.
*Moh Afif Sholeh