Syahadat.id - Matahari yang mulai terbenam, bersama angin yang menusuk dengan kejam dan sinar tak lagi bercerita untuk seorang ayah yang sedang menggoes sepeda serta membawa kotak yang berisi bahan bahan makanan untuk di jual. Walaupun umur sudah mencapai kepala 4, pak ang tak pernah menyerah untuk menafkahi keluarganya.
Panggilan akrab |
Memutari rumah ke rumah untuk ada yang membeli kue yang ia jual, dari hari terbenam hingga malam gelap gulita, pak ang tetap memutari dan menunggu siapa yang ingin membeli dagangannya.
Lelah memutari rumah ke rumah namun belum ada satupun yang memanggilnya untuk membeli daganganya. “paak! beliii!! ujar seorang anak kecil yang meneriaki pak ang. Seorang anak kecil yang mengahmpiri pak ang bagaikan malaikat kecil yang sedang menghampirinya.
“Pak belii 10 yaa, buat ayah, mamah, kakak saya” ujar anak kecil yang membeli kepada pak ang. “Siaap dek!” dengan bahagia pak ang membuat kan kue putu yang ia buat sambil memikirkan anak keduanya karna terbayang anaknya yang menanti kehadirannya di rumah.
Baca juga:
Dengan polosnya anak kecil itu bertanya kepada pak ang sambal menyicipi makanan yang baru sebagian jadi “wih enak nih pak, bapak mau nyobain?” pak ang yang mendengarkannya pun tersenyum dan tertawa “loh kan saya yang buat pasti saya udah pernah cobain dong” sambal tertawa Bersama anak kecil tersebut.
Makanan pun sudah jadi “Jadi berapa pak?” ujar anak kecil yang menanyakan harganya, “Jadi 10 ribu dek” kata pak ang sambil memberi makanannya. “ Yah pak maaf uang nya kurang 2 ribu, nanti saya ambil dulu ya pak di rumah”. ujar anak kecil yang polos tersebut. “Udah dek gapapa gausah ambil uang 2 ribunya bapak ikhlas kok,” pak ang tersenyum atas permintaan maaf anak kecil tersebut kepada pak ang. “makasih banyak pak!” ujar anak kecil itu sambal lari ke dalam rumahnya, keluarga nya yang sudah menantikan anak kecil itu untuk kembali kerumahnya.
Baca juga:
Pak ang mengintip di jendela dari kejauhan melihat keluarga serta anak kecil tersebut makan bersama, hangat nya kebersamaan menginginkan pak ang untuk pulang namun, uang yang di peroleh malam tersebut belum cukup untuk membeli kan makanan untuk keluarganya yang sedang meunggu pak ang pulang,
Kini pak ang melanjutkan perjalanan nya berkeliling rumah dan berharap ada pelanggan kedua yang menanggilnya untuk membeli. “Putuuuu! ujar seorang remaja yang memanggil dari kejauhan. Pak ang mendengar panggilan tersebut langsung bergegas menuju suara yang memanggil ia tadi. “ Pak beli 50 ya!” ujar anak remaja yang membeli putu pak ang
Lagi-lagi pak ang melihat anak remaja tersebut mengingatkan kepada anak pertamanya yang di rumah menunggu pak ang untuk pulang. “wah banyak banget!” ujar pak ang yang terkejut karna baru kali ini ia berjualan mendapatkan pelanggan yang meminta 50 butir kue putu.
“Iya pak, karena keluarga saya lagi kumpul pak, jadinya saya mesen banyak” ujar seorang remaja yang memesan begitu banyak. Pak ang langsung semangat untuk membuat kue putu yang ia jual kan, walaupun pak ang sangat tekejut mendengarnya namun pak ang tetap bergegas membuat makanannya.
Setelah membuat makanannya jadi, remaja yang mebeli kue putu pak ang pun langsung membayar dengan uang yang lebih pak ang pun terkejut kembali “dek ini uang kebanyakan” ujar pak ang yang terkejut karena uang nya sangat kelebihan banyak. “Iya pak gapapa, itung-itung tips untuk bapak” ujar seorang remaja yang memberi tips kepada pak ang. “Ini beneran dek? Ini banyak banget loh?” ujar pak ang yang tidak percaya akan hal itu.
“Iya pak apa yang bapak pikirkan itu nyata pak” ujar sang anak yang sambil tersenyum kepada pak ang. “Alhamdulillah terimakasih banyak ya dek” dengar kejadian ini nyata pak ang pun senang dan sangat bersyukur atas apa yang di berikan oleh remaja tersebut. Sontak pak ang langsung bergegas membeli makanan kesukaan anaknya dan pulang dengan hati yang tenang.
Ternyata sesuatu apapun kebaikan yang kita buat akan di balas dengan kebaikan yang setimpal maupun lebih dari yang kita lakukan. Dan sebaliknya apapun perbuatan yang buruk akan di balas oleh keburukan yang setimpal maupun lebih.
Penulis: Bagus, Penikmat kopi dan Sastra