Imam Suhrawardi |
Syahadat.id - Manusia sebagai mahkluk penghuni bumi ini diciptakan untuk beribadah kepada Allah, serta berstatus sebagai Khalifah(pemimpin) untuk mengatur kemakmuran, dan kemaslahatan bersama.
Syeh Muhammad bin Ahmad as-Safaraini dalam kitab Ghidha’ al-Albab Mengutip pendapat As-Suhrawardi yang mengkategorikan etika atau adab manusia dalam beberapa tingkatan diantaranya:
Pertama, Etika Ahli Dunia, maka ia harus mampu menjelaskan sesuatu bahwa mereka pandai dalam beretorika, serta menguasai disiplin keilmuan, dan strategi politik.
Kedua, Etika Ahli Agama harus mendasari amal perbuatannya dengan ilmu, dan menjaga anggota badan, menjaga syahwat dunia secara berlebihan.
Etika manusia |
Ketiga, Etika Ahli Khusus harus menjaga hati, rahasia, serta menjaga diri agar tetap konsisten dalam beramal baik dikala sendirian maupun sedang berkumpul dengan orang lain.
Imam al- Asbihani dalam kitab Muntakhobnya mengutip perkataan ibnu Abbas yang pernah menjelaskan tentang pentingnya beretika atau beradab:
“Terapkanlah etika karena hal itu akan menambah kecerdasan akal, dan sebagai simbol harga diri seseorang, serta sebagai teman dikala sendiri, selalu menjadi sahabat dikala sedang tersesat, dan diumpamakan sebagai harta kekayaan tatkala sedang kesusahan”.
Baca juga:
Dari kesimpulan diatas dapat dipahami bahwa etika menempati posisi yang mulia, orang pintar tapi akhlaknya tak benar maka akan menghancurkan diri dan warga sekitar.
Akhlak harus selalu dikedepankan, jangan menganggap orang lain hina atau lebih rendah hanya karena tak sependapat denganmu, bisa saja ia lebih baik darimu karena kamu tertutup dari kebenaran mata hatimu disebabkan hawa nafsu yang telah menguasaimu.
Moh Afif Sholeh, M.Ag