Syahadat.id - Manusia makhluk yang dimuliakan oleh Allah diatas bumi. Hal ini berkat ilmu dan ketakwaannya yang membawa dirinya mendapatkan derajat yang tinggi dihadapan semua makhluknya.
Syaqiq bin Ibrahim |
Sayangnya, orang dengan mudah menuduh orang lain sesat, salah, padahal tak pernah mengaca dirinya juga memiliki kekurangan. Seharusnya ia menyadari akan hal itu sehingga menjadi manusia yang tertata hidupnya dan tak terlena kepentingan sesaat.
baca juga:
Abu Abdurrahman as-Sulami dalam Tabaqat As-Sufiyah mengutip perkataan Abu Usman Said bin Ismail An-Naisaburi ketika ditanya tentang tanda- tanda orang yang beruntung dan yang celaka, lantas ia menjawab:
ﻋﻼﻣﺔ اﻟﺴﻌﺎﺩﺓ ﺃﻥ ﺗﻄﻴﻊ Ø§ï»Ÿï» ï»ª ï»ïº—ﺨﺎﻑ ﺃﻥ ﺗﻜﻮﻥ ﻣﺮﺩï»ïº©Ø§ ï»ï»‹ï»¼ï»£ïº” اﻟﺸﻘﺎï»ïº“ ﺃﻥ ﺗﻌﺼﻲ Ø§ï»Ÿï» ï»ª ï»ïº—ﺮﺟﻮ ﺃﻥ ﺗﻜﻮﻥ ﻣﻘﺒﻮﻻ
Tanda orang yang beruntung adalah jika engkau taat kepada Allah dan takut Amalmu tak diterima. Sedangkan tanda orang yang celaka adalah ketika engkau bermaksiat kepada Allah padahal engkau mengharapkan Amalmu diterima.
Kisah Syaqiq bin Ibrahim
Syaqiq bin Ibrahim seorang Ulama’ besar yang dikenal sebagai orang yang sangat Zuhud (tak gila akan dunia). Abu al-Lais as-Samarkandi dalam Tanbih al-Ghafilin mengutip kisah Syaqiq yang bertanya kepada tujuh ratus orang alim tentang lima hal.
Lantas mereka menjawab dengan satu jawaban saja.
Kisah Syaqiq bin Ibrahim |
- Ia bertanya tentang siapa sebetulnya orang yang berakal itu?mereka menjawab:”Yaitu orang yang tak terlalu gila akan dunia.”
- Ia bertanya tentang siapa orang yang paling cerdas? kemudian mereka menjawab:”yaitu orang yang tak terlena akan gemerlapan dunia.”
- Ia bertanya tentang siapa orang yang paling kaya? mereka menjawab:”yaitu orang yang menerima akan pemberian Allah.”
- Ia bertanya tentang siapa sebetulnya orang yang faham agama (ahli fikih)? lantas mereka menjawab:”yaitu orang yang terlalu berlebihan dalam bersikap.”
- Ia bertanya tentang siapa orang yang paling pelit? kemudian mereka menjawab:”yaitu orang yang tak memberikan sebagian harta yang menjadi hak berkaitan dengan Allah.”
Dari sini dapat dipahami bahwa orang yang beruntung di dunia ini adalah orang yang tak terlena akan kenikmatan, gemerlapan dunia yang hanya sesaat, ia hanya menjadikan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Moh Afif Sholeh, M.Ag