Syahadat.id - Kehidupan di dunia selalu berubah, terutama prilaku manusia kadang baik berubah menjadi buruk atau sebaliknya awalnya buruk akhirnya menjadi baik. Maka akhir dari itu hayat seseorang selalu menjadi teka-teki bagi siapapun.
Kisah Pembunuh Paman Nabi Muhammad yang Bertaubat |
Ajaran Islam yang mudah serta selalu memberikan inspirasi dan menekankan kasih sayang kepada sesama manusia menjadikannya mudah diterima oleh banyak kalangan terutama orang-orang yang awalnya memusuhi Nabi dan sahabatnya.
Wahsyi bin Harb orang yang telah membunuh paman Nabi yang bernama Hamzah bin Abdul Muthalib. Suatu ketika ia hendak masuk islam, namun ia ragu taubatnya nanti diterima atau tidak karena dirinya telah melakukan banyak hal yang terlarang seperti menyembah selain Allah, membunuh orang.
Baca juga:
Lantas turun ayat yang berbunyi:
إِلَّا مَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَٰئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا (70
artinya: kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. al-Furqan: 70).
Mendengar ayat ini, Wahsyi mengetahui bahwa syarat diterima taubatnya adalah dengan menyatakan keimanan serta beramal kebaikan.
Dari kisah ini dapat diambil kesimpulan bahwa ajaran Islam mudah diterima oleh semua kalangan terutama bagi orang yang ingin merubah diri dari prilaku buruknya. Catatannya adalah sebanyak apapun dosa yang telah dilakukan akan diampuni oleh Allah asalkan tak menyekutukan-Nya dengan apapun.
Tanda-tanda Taubat yang Diterima Allah
Seorang ulama’ yang bernama Sayyid Muhammad bin Abdi al-Karim dalam kitab Mausu’ah al-Kisanzan fima Isthalaha alaihi Ahli at-Tasawuf wa al-Irfan menjelaskan setidaknya ada empat hal sebagai pertanda diterimanya taubat seseorang, yaitu:
Taubat diterima |
Pertama, menjauhi segala pertemanan dengan orang yang ahli kemaksiatan atau berbuat kejahatan agar tak terhindar dari kebiasaan sebelumnya, serta bergaul dengan orang yang shaleh (baik prilaku kehidupannya dengan menjalankan segala perintah Tuhannya, dan juga baik dengan sesama).
Kedua, menjauhi segala perbuatan yang menjurus ke dalam dosa dengan bekal ilmu dan ketaatan sehingga kesalahannya ini terhapus dengan sendirinya, dengan perbuatan baiknya.
Baca juga:
Ketiga, mencoba mengesampingkan kesenangan duniawi dengan mengambil secukupnya agar tak terlena dan selalu merasakan, membayangkan kesusahan di akhirat sehingga menjadi motivasi agar lebih hati-hati dalam melangkah.
Keempat, menggunakan segala anugerah rizki baik harta, tahta, toyota untuk sarana dalam menjalankan kebaikan dan ketaatan sehingga membawa keberkahan dalam hidupnya.
Moh Afif Sholeh, M.Ag