Tafsir Surat Fatir 28: Kriteria Ulama' yang Takut Kepada Allah |
Syahadat.id Ulama’ jamak dari kata Alim yang berarti orang yang mengerti dan mampu mengamalkan ilmunya sehingga menjadi penuntun langkahnya supaya tak keluar dari norma-norma agama.
Untuk menjadi seorang ulama dibutuhkan keseriusan dalam mempelajari ilmu-ilmu agama, tanpa adanya usaha yang serius niscaya hasilnya tak akan mulus.
Salah satu ayat yang menjelaskan tentang hamba yang paling takut kepada Allah yaitu ulama yang paling mengenal Tuhannya serta ayat ini sebagai dalil bahwa ulama’ seharusnya takut kepada-Nya.
Ini bunyi ayatnya
وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَٰلِكَ ۗ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
Artinya:
Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (QS. Fatir: 28)
Baca juga:
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa kategori orang yang paling takut kepada Allah adalah Ulama’-Ulama’ yang mengenal atau ma’rifat kepada-Nya.
Dengan makrifat inilah pengetahuan seseorang akan Tuhannya menjadi lebih sempurna sehingga dirinya menjadi pribadi yang takut, selalu diawasi gerak-gerik prilakunya bahkan tarikan nafasnya.
Ulama yang takut kepada allah
Imam Ibnu Katsir mengutip pendapat sahabat Ibnu Abbas yang menjelaskan bahwa Ulama yang makrifat dengan Allah Dzat yang penyayang yaitu orang yang tak menyekutukan-Nya dengan apapun serta menghalalkan sesuatu yang telah Dihalalkan juga mengharamkan apa yang Dia haramkan serta selalu menjaga perintahnya begitu juga dirinya meyakini akan bertemu dengan Tuhannya bahkan menghitung amal perbuatannya.
Sedangkan Ibnu Mas’ud berpendapat bahwa seseorang tidak dikatakan menjadi alim dengan banyaknya ilmu yang dimiliki tetapi ilmu yang menjadikan bertambah takut kepada Allah.
Gelar akademik yang disandang tidak lantas menjadikan dirinya menjadi baik bila ilmu yang ia miliki tak diamalkan dan dipraktekkan dalam kehidupan. Hal ini diumpamakan seperti pohon yang tak berbuah. Akhlak yang baik merupakan puncak dari Keberkahan dan kemanfaatan ilmu.
Moh Afif Sholeh, M.Ag
Artikel ini pernah dimuat di masholeh.com