Kenapa Allah tak menjadikan Manusia menjadi Kaya Semua? |
Syahadat.id - Munculnya kesombongan sebagian pihak maupun kedzaliman yang merajalela di masyarakat bersumber dari sifat egoisme atau mementingkan diri sendiri sehingga merugikan banyak pihak.
Sifat egoisme ini seringkali muncul saat seseorang diberikan keluasan urusan ekonomi maupun finansial yang melimpah. Apapun yang ia inginkan harus terlaksana walau dengan menghalalkan segala cara.
Harta, tahta, wanita memang hakikatnya nikmat Allah yang harus disyukuri oleh seseorang sekaligus menjadi ujian yang harus diemban dengan baik.
Bila ia mampu menunaikannya dengan baik maka ia menjadi orang yang beruntung. Sebaliknya saat dirinya mengingkari dengan menggunakan untuk kejahatan maka ia kan menjadi manusia yang buntung atau rugi.
Untuk menyikapi hal tersebut maka dibutuhkan kedewasaan dan pengetahuan yang cukup bahwa Allah mampu mengatur rizki hamba-nya sesuai porsinya masing-masing tak ada satupun yang didzalimi-Nya.
Baca juga:
Salah satu ayat yang menggambarkan betapa Allah memberikan tuntunan kepada umat manusia supaya tak terlena akan banyaknya materi kekayaan yang ia miliki. Ini bunyi ayat dan penjelasannya:
وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَٰكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ
Artinya: Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat (QS: As Syura: 27).
Imam Ar Razi dalam tafsirnya yang berjudul Mafatihul Ghaib menjelaskan bahwa Allah Dzat yang Maha Mengetahui akan kebaikan (maslahat) hambanya dengan memberikan rizki kecuali sekedarnya saja. Perbedaan selisih ukuran dan takaran rizki bukan berarti Allah pelit kepada mereka tetapi untuk menjaga kebaikan.
Sedangkan menurut Imam Al Baidhawi dalam tafsirnya, Anwar At Tanzil mengupas penyebab seseorang menjadi sombong dan melampaui batas dan mendzalimi kepada orang lain saat seorang hamba diberikan rizki yang melimpah ruah tetapi atas ilmu dan kebijaksanaan-Nya maka Dia mengatur rizki hamba-nya sesuai yang mereka butuhkan.
Baca juga:
Syeh Nawawi Al Bantani dalam tafsirnya berkomentar bahwa seumpama Allah menyamakan ratakan rizki hamba-hambanya maka tak akan ada yang mau menjadi pembantu atau buruh. Seumpama ini terjadi niscaya alam menjadi hancur lebur dan segala jenis kebaikan tak ada gunanya lagi.
Abu Lais As Samarqandi dalan Tanbihul Ghafilin mengutip perkataan Imam Syaqiq bin Ibrahim yang menjelaskan bahwa seumpama Allah memberikan Rizki kepada hambanya tanpa melalui usaha niscaya mereka akan memiliki banyak waktu kosong alias menganggur serta yang akan terjadi adalah kerusakan dimana-mana.
Hal senada juga diutarakan oleh Imam Ar Raghib Al Asfihani dalam kitab Ad Dari'ah ila Makarim As Syariah, ia menjelaskan bahwa seumpama sebagian manusia tercukupi urusan dunianya maka muncul keinginan dirinya untuk berbuat kejahatan yang mampu menghancurkan negara dan keberlangsungan umat manusia.
Dari sini dapat dipahami bahwa tugas manusia harus berusaha, bekerja untuk mendapatkan rizki namun hal penting yang harus diingat adalah jangan sampai lupa diri dan terlena dengan gemerlapan dunia sehingga prilakunya merugikan orang lain lebih-lebih kepada orang yang tak berdosa.
Moh Afif Sholeh, M.Ag