Kenali Dirimu Supaya tak Menjadi Orang Tertipu |
Syahadat.id - Setiap manusia berharap kehidupannya semakin membaik dari waktu ke waktu. Ia berusaha dengan maksimal untuk mendapatkan sesuatu yang menjadi impiannya, namun kadang harapan tak sesuai dengan harapan yang selalu diidamkan.
Orang yang beruntung selalu mengintropeksi amal perbuatan, perkataan, bahkan semua yang berkaitan dengan dirinya, serta ia selalu menempatkan sesuatu sesuai dengan proporsinya.
Sedangkan orang yang tertipu akan gemerlapan dunia, sering bergantung kepada orang lain, serta selalu berangan-angan kosong tanpa ada langkah konkrit yang dijalankan.
Abu al-Lais as-Samarkandi dalam Tanbih al-Ghafilin menjelaskan bahwa
Orang yang tertipu mempunyai tiga Ciri-Ciri, yaitu: Pertama, segara menuruti nafsu syahwatnya serta merasa aman dari kesalahan. Kedua, Sengaja mengulur taubat dengan angan-angan belaka. Ketiga, Berharap pahala akhirat tapi tak dibarengi dengan amal kebaikan.
Baca juga:
Orang yang selalu ingin mendapatkan keuntungan secara instan maka akan terhalang mendapatkankannya. Hal ini disebabkan kecerobohannya dalam bersikap tanpa berpikir panjang terlebih dahulu seperti seorang anak yang ingin mendapatkan warisan, tapi ia melakukan dengan cara pintas yaitu membunuh orang tuanya maka ia menjadi terhalang untuk mendapatkan warisan.
Orang Mukmin ada yang baik akhlaknya juga ada yang kurang, hal ini berdasarkan kemampuan mencermati, dan mengamalkan ajaran agamanya.
Imam Al-Ghazali dalam karyanya yang berjudul Asnaf al-Magrurin menjelaskan bahwa orang mukmin yang tertipu adalah orang yang selalu berpangku pada ampunan Allah (rahmat-Nya) tapi tak mau beramal atau berbuat kebaikan. Ini berawal dari dalam dirinya yang merasa bahwa orang tuanya sudah berbuat kebaikan, maka sudah cukup memberi manfaat untuk anak-anaknya.
Faktor utama yang menjadikan orang mukmin sampai tertipu berasal dari bisikan syaitan yang mengajarkan kepada manusia, bahwa barangsiapa yang mencintai seseorang, maka ia juga akan menyayangi anak-anaknya.
Begitu juga Allah akan mencintai seseorang dan anak-anaknya. Bisikan seperti inilah yang menjadikan seseorang tak mau menjalankan ketaatan karena sudah merasa diwakili oleh orangtuanya. Peristiwa ini seperti kisah yang dialami oleh putera Nabi Nuh yang bernama Kan’an. Ia merasa sebagai anak seorang Nabi yang mempunyai kedekatan dengan Allah.
Maka dari itu untuk mewujudkan cita-cita yang selalu diimpikan harus disertai ikhtiar yang kuat, kerja yang giat, dan disertai doa yang berkhasiat agar impian terwujud menjadi kenyataan.
Moh Afif Sholeh, M.Ag