|
Syahadat.id - Ilmu sebagai lentera kehidupan yang mampu menerangi jalan kegelapan berupa ketidaktahuan diri akan banyak hal. Dengan ilmu seseorang mampu membedakan kebaikan dan keburukan serta menuntun menuju arah yang lebih baik.
Imam Nawawi dalam kitab Al-Adzkar pernah memberikan nasehat kepada para juru dakwah, para guru yang mentransfer ilmu kepada murid-muridnya agar mampu menempatkan diri serta tak berlebihan dalam memberikan materi sehingga para jama'ah, murid-muridnya menjadi bosan sehingga menjadi malas menerima ilmu yang disampaikan. Ini bunyi nasehatnya,
اﻋﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﻳﺴﺘﺤﺐ ﻟﻤﻦ ﻭﻋﻆ ﺟﻤﺎﻋﺔ، ﺃﻭ ﺃﻟﻘﻰ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻋﻠﻤﺎ، ﺃﻥ ﻳﻘﺘﺼﺪ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ، ﻭﻻ ﻳﻄﻮﻝ ﺗﻄﻮﻳﻼ ﻳﻤﻠﻬﻢ، ﻟﺌﻼ ﻳﻀﺠﺮﻭا ﻭﺗﺬﻫﺐ ﺣﻼﻭﺗﻪ ﻭﺟﻼﻟﺘﻪ ﻣﻦ ﻗﻠﻮﺑﻬﻢ، ﻭﻟﺌﻼ ﻳﻜﺮﻫﻮا اﻟﻌﻠﻢ ﻭﺳﻤﺎﻉ اﻟﺨﻴﺮ ﻓﻴﻘﻌﻮا ﻓﻲ اﻟﻤﺤﺬﻭﺭ
Ketahuilah bahwa disunnahkan bagi para juru dakwah yang menyampaikan ilmu ke jama'ahnya atau orang yang memberikan materi keilmuan untuk bersikap moderat tak berlebihan serta tak terlalu lama sehingga mereka menjadi bosan yang menjadi penyebab dirinya sudah tidak merasa nyaman lagi serta agar mereka tak menjadi benci kepada ilmu atau kebaikan. Dan yang dikhawatirkan adalah mereka akan terjebak dalam hal yang terlarang.
Ini diperkuat dengan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Muslim
ﻋﻦ ﻋﻤﺎﺭ ﺑﻦ ﻳﺎﺳﺮ ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻗﺎﻝ: ﺳﻤﻌﺖ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ (ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ) ﻳﻘﻮﻝ: " ﺇﻥ ﻃﻮﻝ ﺻﻼﺓ اﻟﺮﺟﻞ ﻭﻗﺼﺮ ﺧﻄﺒﺘﻪ ﻣﺌﻨﺔ ﻣﻦ ﻓﻘﻬﻪ، ﻓﺄﻃﻴﻠﻮا اﻟﺼﻼﺓ ﻭاﻗﺼﺮﻭا اﻟﺨﻄﺒﺔ " رواه مسلم
Diriwayatkan dari Ammar bin Yasir Radhiyallahu Anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya panjangnya shalat seseorang serta singkatnya khutbah sebagai petunjuk mendalam akan pengetahuan fikih seseorang maka dari itu perpanjang shalat dan ringankanlah khutbah. (HR. Muslim).
Dari penjelasan ini dapat dipahami bahwa seorang ustadz, guru, penceramah harus mengetahui situasi dan kondisi jama'ah, murid-muridnya masih siap menerima ilmu atau sudah merasa bosan. Dan yang paling penting adalah menyampaikan materi sesuai kemampuan mereka sehingga materi mudah diserap dan menjadi bermanfaat. (mas)