Cara Dakwah Rasulullah: Ajarkan Islam yang Ringan terlebih Dahulu
Syahadat.id - Islam mudah diterima semua kalangan baik dari pejabat atau rakyat, konglomerat atau orang melarat, kalangan akademis atau pengemis, golongan raja atau kasta sudra, kalangan orang kaya atau yang tak mempunyai biaya, golongan ahli ibadah atau ahli bid’ah, golongan orang besar atau yang hidupnya kesasar, anak kecil atau yang hidupnya terpencil. Semua mudah menerima ajarannya karena misi Islam tak memberatkan tapi meringankan.
Nabi Muhammad ketika mengutus Muadz bin Jabal ke daerah Yaman berpesan agar ketika berdakwah harus mengenalkan ajaran yang ringan terlebih dahulu bukan yang berat. Hal ini penting agar masyarakat yang hendak diajarkan tentang islam semakin termotivasi untuk menggali lebih dalam.
Dalam sebuah hadist Nabi dijelaskan,
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَسِّرُوا وَلَا تُعَسِّرُوا وَبَشِّرُوا وَلَا تُنَفِّرُوا. رَوَاهُ الُبخَارِيُّ
Artinya: diriwayatkan dari Anas bin, Nabi bersabda: kalian harus meringankan dan jangan memberatkan serta berikan kabar gembira dan jauhkan dari hal-halyang menakutkan. (HR. Bukhari).
Baca juga:
Izzuddin bin Abdussalam yang dikenal dengan Sultan Ulama’ dalam Qawaid al-Ahkam menjelaskan beberapa contoh ajaran Islam yang sangat mudah dan relevan sehingga banyak yang berbondong-bondong memeluk ajarannya.
Pertama, Allah tak mewajibkan shalat lima waktu pada masa awal Islam tetapi kewajibannya ini setelah Nabi melakukan Isra’ dan Mi’raj. Hal ini dilakukan agar orang yang baru memeluk Islam tak merasa keberatan akan ajaran barunya.
Kedua, Perintah puasa tak diwajibkan saat periode awal islam agar umat saat itu tak lari dari ajarannya.
Ketiga, kewajiban zakat juga tak ditetapkan diawal Islam tetapi setelah Nabi hijrah ke Madinah.
Keempat, kewajiban jihad juga dilakukan setelah jumlah umat Islam semakin banyak, serta setelah mereka banyak diintimidasi.
Kelima, Batasan menikahi empat perempuan diawal Islam tak dilakukan karena orang non muslim akan merasa keberatan akan hal itu. Dampaknya mereka tak akan mahu memeluk Islam.
Dari sini, Islam mudah diterima karena ajarannya sangat meringankan orang yang hendak memeluknya serta tak ada beban yang memberatkan. Maka dari itu, Umat Islam hari ini harus banyak belajar tentang strategi yang dilakukan oleh Nabi dan sahabatnya sehingga agar ajaran Islam semakin berkembang dan diterima semua kalangan. Hal ini disebabkan sebuah tatanan kehidupan akan cepat berubah seiring perubahan waktu. Untuk menyikapinya dibutuhkan kearifan dalam bertindak. Begitu juga dalam menyampaikan sebuah kebenaran harus dengan santun dan bijak, karena kebaikan belum tentu diterima oleh orang lain, bisa karena penyampaiannya yang kurang tepat atau tak sesuai dengan kondisi setempat.
Abu al-Lais as-Samarkandi dalam kitab Tanbih al-Ghafilin menjelaskan bahwa untuk menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar dibutuhkan 5 hal, yaitu
Pertama, harus didasari dengan ilmu, ini sebagai bekal penting sehingga tujuannya membuahkan hasil yang maksimal.
Kedua, niatnya harus benar, tak lain hanya untuk mencari Ridha Allah, dan untuk menjunjung tinggi kalimat-Nya.
Ketiga, mempunyai jiwa kasih sayang yang tinggi, serta santun, tak arogan dalam menyikapi berbagai persoalan.
Baca juga:
Keempat, harus sabar dalam menuntun serta menyampaikan kebenaran, karena bila tak didasari sifat sabar, maka usahanya akan bubar.
Kelima, harus mampu memberi contoh atau teladan yang baik, tak hanya sekedar retorika belaka, karena masyarakat butuh panutan bukan sekedar komentator bualan. Banyak orang yang mampu menasehati, namun tak mampu menjalankan ajaran sepenuh hati.
Strategi di atas telah dipraktekkan oleh penyebar islam di Nusantara yaitu Wali Songo menyebarkan serta mengenalkan islam dengan cara yang santun tanpa menyinggung pemeluk agama lain. Islam mudah diterima karena tidak melalui paksaan apalagi melalui peperangan tetapi lewat budaya yang dikemas dengan kesantunan akhlak serta ajarannya tak memberatkan orang awam.
Kelima hal itu sangat penting, karena tanpa ilmu, strateginya tak akan jitu, serta masyarakat akan lari darinya disebabkan tak sabar menghadapinya.
Oleh: Moh Afif Sholeh