Bunda |
Bun, ada seorang anak yang tidak pernah dekat dengan keluarganya.
Ia tidak pernah menceritakan apa yang ia rasakan, semuanya ia biarkan tenggelam di pikirannya sendiri.
Ia selalu menangis tengah malam, bahkan nyaris menghilangkan nyawanya sendiri.
Ia pernah menghubungi seorang kawan, yang ternyata tidak ada waktu untuknya.
Kawannya itu hanya menutup telepon sembari mengatakan ia sibuk.
Akhirnya, anak itu hanya berdiam diri, duduk termenung, ditemani suara jam dinding di kamarnya.
Kemudian, anak itu memberikan pertanyaan untuk dirinya sendiri.
Pertanyaan yang hanya ia simpan dalam kepalanya sendiri.
Baca juga:
Pertanyaan – pertanyaan seperti ;
Kenapa orang tuanya tidak pernah bertanya bagaimana hari – harinya di sekolah?
Kenapa kawannya yang ia pikir sangat dekat dengannya, tidak ada waktu untuk mendengar ceritanya yang mungkin tidak sampai lima menit untuk mendengarnya?
Kenapa malam ini, ketika rasa sedih, marah, dan kecewanya sedang memuncak dan berdebat di kepala, ia hanya ditemani suara dari jam dindingnya?
Kenapa ketika air mata yang selama ini ia tahan akhirnya keluar, ia tidak memiliki siapapun untuk menenangkannya? Seseorang yang bisa mengatakan bahwa semuanya akan baik – baik aja.
Kemana semua orang ketika ia benar – benar membutuhkan seseorang?
Sedih ya bun jadi anak itu?
Tapi bunda tahu, apa yang lebih menyedihkan?
Itu tentang aku bun.
Tentang aku yang selama ini bunda pikir aku baik – baik aja, atau justru selalu baik – baik aja.
Penulis: Najmi Fathiya Az-Zahrani Penulis Cerpen, Siswi SMA Islam Cikal Harapan BSD.