Benarkah Orang Yang Paham Agama akan Menjadi Baik |
Syahadat.id - Ajaran agama selalu mengajarkan kebaikan serta menjauhkan dari sikap permusuhan kepada orang lain. Sayangnya, sebagian orang yang mengaku beragama tapi tak mencerminkan ajaran agamanya.
Ada keterangan yang mengisyaratkan bahwa orang yang dikehendaki oleh Allah menjadi baik maka Allah memberikan pemahaman tentang agama. Benarkah demikian?
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim,
وعن معاوية، رضي الله عنه، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين" متفق عليه.
Artinya: "Diriwayatkan dari Muawiyah RA berkata: Rasulullah bersabda:"Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah menjadi baik maka Allah akan memberikan pemahaman agama. (Muttafaq Alaihi).
Dari penjelasan hadits diatas, dapat dipahami bahwa salah satu keistimewaan yang diberikan Allah kepada orang diberikan pemahaman tentang urusan agama. Maksudnya adalah tidak hanya paham saja namun harus dipraktekkan dalam kehidupan karena ilmu tak akan bermanfaat bila tak diamalkan, ilmu yang bermanfaat ibarat sebuah pohon yang berbuah.
Baca juga: Kisah Umar Menegur Orang Tua yang Durhaka Kepada Anaknya
Seseorang yang memiliki ilmu agama yang mendalam tapi tak mampu merubah diri dari kebiasaan buruknya maka ilmunya tak menambah keberkahan hidupnya. Pada dasarnya seseorang akan bertambah ilmu, maka seharusnya bertambah petunjuk kebaikan untuk dirinya.
Maka dari itu, seseorang harus belajar memahami ajaran agama dengan baik dan berusaha mengamalkannya agar selalu dekat dengan Allah dan rasulnya.
Belajar Agama Bertahun-tahun tapi tak Mendapatkankan Hidayah, Ini Pertanda Apa?
Belajar merupakan kewajiban setiap manusia terutama yang berkaitan dengan hal-hal yang menjadi kewajibannya seperti ilmu untuk mengenal Tuhannya atau bisa disebut ilmu tauhid, juga ilmu yang menyangkut tata cara ibadah dan muamalah yang baik yaitu ilmu fikih dan ilmu akhlak atau etika diri terhadap diri sendiri dan orang lain yaitu ilmu akhlak atau tasawuf.
Ilmu yang bermanfaat adalah yang mampu diaplikasikan, dipraktekkan dalam kehidupan sehingga menambah kedewasaan dalam berpikir dan bertindak sehingga mampu merubah dirinya dari kehinaan menuju kemuliaan, dari segala keburukan menjadi kebaikan, dari kedangkalan menjadi keterbukaan, dari sifat jahil menjadi seorang yang arif. Dari sini ilmu menuntun seseorang agar mendapatkan hidayah.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Imam Al-Ghazali dalam kitab Bidayatul Hidayah
اﻟﻬﺪاﻳﺔ اﻟﺘﻲ ﻫﻲ ﺛﻤﺮﺓ اﻟﻌﻠﻢ ﻟﻬﺎ ﺑﺪاﻳﺔﻭﻧﻬﺎﻳﺔ، ﻭﻇﺎﻫﺮ ﻭﺑﺎﻃﻦ، ﻭﻻ ﻭﺻﻮﻝ ﺇﻟﻰ ﻧﻬﺎﻳﺘﻬﺎ ﺇﻻ ﺑﻌﺪ ﺇﺣﻜﺎﻡ ﺑﺪاﻳﺘﻬﺎ، ﻭﻻ ﻋﺜﻮﺭ ﻋﻠﻰ ﺑﺎﻃﻨﻬﺎ ﺇﻻ ﺑﻌﺪ اﻟﻮﻗﻮﻑ ﻋﻠﻰ ﻇﺎﻫﺮﻫﺎ
Hidayah merupakan buah dari ilmu. Ada Permulaan dan akhiran, ada lahir dan batin. Dan tak akan mencapai puncaknya sebelum ada penguatan dalam permulaannya juga tak akan mencapai lubuk batinnya sebelum menguatkan lahirnya.
Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa ilmu yang bermanfaat selalu mengarahkan manusia untuk mendapatkan petunjuk (hidayah), bertambah kebaikannya, serta menerima kebenaran dan tak mudah menyalahkan orang lain.
Semakin tinggi ilmu seseorang menjadikan dirinya seolah makhluk kecil yang tak mempunyai daya kekuatan apapun, ia sadar akan kebesaran pencipta-Nya yang Maha Besar, Maha Mulia. Ini dibaratkan seperti minum air laut, bila ia meneguknya ia akan selalu merasa kehausan.
Untuk itu, agar ilmu yang diperoleh bermanfaat harus diamalkan step by step, dan sebatas kemampuan dirinya sehingga tak sia-sia umur dan waktunya. (Mas)
Wallahu A'lam